Yogyakarta (28/1) – DPD LDII Kota Yogyakarta bekerja sama dengan DPD LDII Kabupaten Bantul menyelenggarakan pengajian khusus putri yang dipusatkan di Masjid Baitussalam Daengan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Peserta pengajian merupakan remaja putri usia 17 tahun ke atas dan ibu-ibu dengan total kehadiran mencapai 908 orang.
Menghadirkan dua pemateri asal Jawa Timur yakni guru Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri Ustadzah Neneng Karyawati dan Ustadzah Halimatus Sakdiyah. Kehadiran pemateri tersebut diharapkan dapat menambah pengetahuan peserta dalam hal agama di tengah kesibukan masing-masing.
Ustadzah Neneng dalam materinya memaparkan bagaimana menjadi istri yang baik menurut Alquran dan Alhadist. Dijelaskan Ustadzah Neneng dalam hadist Annasai, terdapat tiga kriteria istri yang baik. Pertama, istri yang menyenangkan ketika suami melihat, “Contohnya ketika suami pulang kerja sambutlah dengan penampilan yang baik dan raut wajah yang penuh kegembiraan, kondisi rumah tertata dengan baik, jangan sampai sebaliknya,” jelasnya.
Kedua, menaati perintah suami, selama perintahnya tidak mengarah pada maksiat atau kejelekan. Ketiga, tidak menyelisihi pada suami dan hartanya suami dengan apa-apa yang dibenci suami. “Istri bisa memanage keuangan dengan baik, tidak menghambur-hamburkan uang. Tidak menyelisih suami contohnya ketika suami bekerja seorang istri bisa menjaga dirinya,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika dapat melaksanakan ketiganya, maka ini menjadi jembatan seorang istri masuk ke dalam surga. Ustadzah Neneng juga mengingatkan tugas seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya. “Dalam pembinaan agama saat ini banyak pendidikan di tingkat majelis taklim, pondok pesantren atau boarding school. Tempat pendidikan tersebut dapat membantu anak dalam memeroleh pendidikan mendalam tentang agama,” katanya.
Bagi remaja putri, Ustadzah Neneng berpesan agar menjadi pribadi yang memiliki akhlak baik, mandiri dan selalu berbakti kepada orang tua. “Berbakti kepada orang tua ini berlaku bagi siapa saja yang masih memiliki orang tua, jika orang tua sudah meninggal maka jangan lupa tetap didoakan,” pesannya.
Di tengah kemajuan teknologi, Ustadzah Neneng mengajak para peserta pengajian untuk memiliki amalan yang dapat diandalkan, amalan yang sedikit tetapi rutin. Ia mencontohkan kalimat thoyyibah seperti istighfar dapat dirutinkan sembari melakukan pekerjaan rumah. “Sehingga tidak ada kesempatan untuk larut dalam dunia maya, boleh untuk sekedar hiburan tapi jangan sampai kebablasan, Jika rutin dikerjakan insya Allah tidak sampai berjam-jam, sementara ketika sudah asyik dengan gadgetnya biasanya berjam-jam tidak terasa,” pungkasnya.
Sementara itu, Ustadzah Halimatus Sakdiyah mengapresiasi kehadiran remaja putri dan ibu-ibu yang memadati setiap sudut masjid. Ia menukil sebuah hadist yang menjelaskan keutamaan usia manusia. “Ketika manusia itu berusia 40 tahun ke atas, ia akan dihindarkan oleh Allah dari tiga cobaan yakni penyakit gila, penyakit lepra, dan penyakit belang,” ujarnya.
Selanjutnya, ketika manusia berusia 50 tahun ke atas, maka Allah akan mempermudah hisaban amalannya. Keutamaan manusia ketika berusia 60 tahun ke atas, ia diberi keutamaan oleh Allah senang melaksanakan ibadah. Ketika berusia 70 tahun ke atas, orang tersebut dicintai oleh Allah dan malaikat, “Kita dicintai oleh orang lain saja sudah senang, apalagi ini dicintai oleh Allah, tentu harus lebih banyak mendekat pada Allah,” jelasnya.
Ustadzah Halimatus menambahkan, ketika manusia berusia 80 tahun ke atas, Allah menerima semua amal baiknya dan mengampuni semua amal jeleknya. Ketika manusia berusia 90 tahun ke atas, maka semua dosa-dosanya mulai awal sampai akhir diampuni oleh Allah dan menjadi tawanan Allah serta bisa memberikan syafaat kepada satu keluarganya.
“Ada yang berusia di atas 90 tahun ibu-ibu?” tanyanya. Peserta tertua ada pada usia 85 tahun, ia pun mengapresiasi atas kesemangatannya untuk terus meningkatkan ilmu agama. “Semoga semuanya diberi sehat, umur yang barokah,” ucapnya.